1. Peralatan Kamera Tidak semua dari kita punya akses ke kamera video profesional atau bahkan handycam. Namun disekeliling kita pasti ada yang memiliki ponsel berkamera, kamera digital saku, atau kamera DSLR. Kecuali untuk model yang terlampau lama, kamera-kamera tersebut bisa merekam video. Mungkin kamu sudah punya, atau bisa juga pinjam punya temanmu. Jika bisa, usahakan pakai DSLR karena DSLR memiliki fitur fotografi yang komplit. Tapi jika kamu cuma ada kamera ponsel, jangan khawatir, tetap maju terus! Peralatan nomor dua, cerita nomor satu! Pencahayaan Apapun jenis kameramu, usahakan untuk merekam adegan di lokasi yang cukup cahaya. Jika kamu di dalam ruangan, kerahkan seluruh sumber cahaya yang kamu miliki. Misalnya: lampu belajar, lampu meja, lampu emergency. Silahkan bereskplorasi dengan sumber cahaya. Lakukan tes shooting. Arahkan lampu belajarmu ke subjek kamu. Terlihat baguskah? Atau mungkin kamu harus pantulkan ke dinding? Coba beberapa variasi dan tentukan mana yang terlihat bagus buatmu dan pada saat yang bersamaan juga terlihat natural dan sesuai dengan konteks adegannya. 2. Cerita Ciptakan adegan yang segar Seberapa sering kamu melihat orang bangun tidur atau orang berjalan sendirian sebagai adegan pembuka? Hindari hal-hal umum dan buka ceritamu dengan sesuatu yang baru. Mungkin aktivitas yang jarang dipakai di film. Di sebuah sinetron bertahun-tahun yang lalu, saya terkesan dengan adegan pembuka sebuah scene, yaitu Teuku Ryan sedang menggunting kuku ketika pintu rumahnya diketuk. Adegan tersebut bisa saja dengan mudahnya dibuat menjadi Teuku Ryan sedang membaca koran ketika pintu rumahnya diketuk. Tapi tentu adegannya akan mejadi sangat klise. Gunakan “What if” What if (bagaimana jika) adalah cara yang ampuh untuk menciptakan ide untuk sebuah cerita. Bagaimana jika… seorang debt collector menghadapi nasabah yang memiliki penyakit short term memory? Ia bisa saja menagih hutang tiap hari dan terus-terusan dibayar. Silahkan bermain-main dengan “what if” dan biarkan imajinasimu berkembang. Tentu, karena kamu membuat home movie, batasi imajinasimu jika menyangkut ke props (barang-barang pendukung) yang mahal. Pastikan elemen-elemen di cerita kamu adalah hal-hal yang sudah kamu punya, atau bisa kamu pakai dengan gratis atau murah. 3. Pengarahan Adegan Pengarahan atau direction adalah pekerjaan membuat materi tertulis menjadi “hidup”. Rancang filmmu supaya memiliki keseimbangan antara dialog dan bahasa tubuh. Jika di skenariomu tertulis: “di dermaga itu, Henny bertemu dengan Bara dan mengatakan kepadanya “aku sedih sekali harus berpisah, Bara.” Maka dalam pengadegannya, kamu bisa rubah menjadi: Henny melihat Bara datang, namun alih-alih menghampiri Bara, ia pergi ke sudut dermaga dan memandang ke matahari terbenam. Bara menghampiri Henny, lalu bertanya: “Ada apa?” Namun Henny hanya terdiam sambil tersenyum sedih. Dengan mengubah adegan tersebut, pesan tetap tersampaikan namun dengan cara yang lebih tersirat.
Kiat Sukses Membuat Home Movie
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment