SDM Pariwisata Indonesia Harus Ditingkatkan



Sumber daya manusia (SDM) pariwisata Indonesia diharapkan memiliki pengalaman dan keahlian tambahan selain dari pendidikan formal. Hal itu bisa menjadi modal berharga menghadapi persaingan global di bidang pariwisata.

"Pengalaman dan keahlian khusus yang didapat di luar pendidikan formal bisa menjadi nilai lebih. Hal itu harus selalu diperjuangkan oleh semua pihak di dunia pariwisata," kata Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, Jero Wacik di sela-sela acara wisuda mahasiswa Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bandung, Sabtu (27/3).

Jero Wacik mengatakan, pengalaman dan keahlian lebih bisa didapatkan melalui berbagai cara, di antaranya pendidikan informal, seperti kursus bahasa atau tukar informasi dan ide dengan orang lain. Kemampuan yang tidak diajarkan di sekolah itu termasuk selalu tersenyum, ramah, dan tidak menipu tamu.

Akan tetapi, ia menegaskan, perguruan tinggi juga berperan besar meningkatkan kemampuan sumber daya pariwisata Indonesia. Perguruan tinggi diharapkan bisa menjadi fasilitator mahasiswa untuk mendapatkan beragam ilmu positif yang mendukung kiprahnya setelah lulus.

Ia yakin, bila sumber daya manusia pariwisata Indonesia memiliki banyak keahlian, persaingan global bukan ancaman. Dengan kualitas yang baik, tenaga lokal tetap menjadi tuan rumah di negaranya sendiri. Ia mencontohkan kiprah STP dan Akademi Pariwisata yang bisa menjadi acuan perguruan tinggi lain. Dari 414 wisudawan, 80 persen sudah memperoleh pekerjaan di dalam dan luar negeri sebelum lulus. Hal ini membuktikan sumber daya manusia pariwisata Indonesia dibutuhkan berbagai kalangan.

"Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata akan membantu program lanjutan dengan rutin melaksanakan uji kompetensi bagi tenaga kerja pariwisata, baik hotel, restoran, maupun spa. Tahun 2010 target kompetensi bidang pariwisata sebanyak 5.000 orang," ujar Menbudpar.

Sebelumnya, Manajer Pengembangan Sumber Daya Manusia Accor Indonesia Hendry Sentosa mengatakan, sebagian besar sumber daya manusia perhotelan di Indonesia minim penguasaan bahasa asing. Bahkan yang berhadapan langsung dengan pelanggan, seperti resepsionis, pelayan, dan pembersih kamar, adalah kelompok terbesar yang minim penguasaan bahasa asing.

Hendri menyebutkan, hal ini harus diperhatikan sekolah dan mahasiswa. Mereka harus menyadari, penguasaan bahasa asing adalah modal awal interaksi dengan wisatawan asing. Sekolah pariwisata harus mengintensifkan pelajaran bahasa asing dan mahasiswa memperkayanya dengan mengikuti beragam pendidikan informal.

"Jangan sampai wisatawan asing enggan datang karena sumber daya manusia perhotelan Indonesia tidak menguasai minimal satu bahasa asing," ujar Hendry. (CHE)

Promosikan Usaha Anda di Iklan Gratis 88DB.com

0 comments:

Followers