Sebanyak 70 persen konsumen masih mengandalkan pembiayaan via Kredit Pemilikan Rumah (KPR) untuk membeli rumah. Hanya sebagian kecil konsumen yang membeli rumah dengan cash keras.
Berdasarkan survei Bank
Untuk pembiayaan properti residensial pada triwulan IV-2008 sebagian besar masih bersumber dari dana internal perusahaan (52,8%), dana perbankan (29,6%) dan nasabah (13,7%).
Sementara Survei Harga Properti Residensial (SHPR) yang dilakukan di 14 kota di Indonesia menunjukkan bahwa indeks harga properti residensial (rumah kpr) pada triwulan IV-2008 mencapai 157,07 atau berarti meningkat secara triwulanan atau tahunan. Kenaikan harga ini terutama masih disebabkan oleh kenaikan harga bangunan dan kenaikan upah pekerja.
Dilihat berdasarkan tipe rumah kpr, kenaikan harga terjadi pada semua tipe rumah kpr dengan kenaikan tertinggi terjadi pada tipe rumah menengah. Sementara berdasarkan wilayah, Bandar Lampung merupakan wilayah yang mengalami peningkatan harga rumah kpr tertinggi mencapai 1,94% terutama pada rumah tipe kecil.
Untuk harga rumah kpr di wilayah Jabodetabek dan Banten mengalami kenaikan yang lebih tinggi seiring masih adanya permintaan masyarakat terhadap properti residensial yang didorong oleh kemudahan pembayaran yang diberikan oleh pengembang kepada konsumen berupa cicilan pembayaran tanpa bunga selama 12-24 bulan. Setelah masa cicilan habis, sisa pembayaran dapat dilakukan dengan menggunakan KPR.
Pada triwulan I-2009, indeks harga properti residensial (rumah kpr) baik secara triwulanan maupun tahunan diperkirakan masih
Kota Bandar Lampung diperkirakan masih akan mengalami kenaikan harga tertinggi secara triwulanan dan tahunan. Kenaikan rumah kpr yang melambat ini diperkirakan juga terjadi pada wilayah Jabodetabek dan Banten.
kilasberita.com
Masyarakat Andalkan KPR Untuk Beli Rumah
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment