Kebiasaan Menyampah Masih Sulit Dihilangkan

Menjelang Pemilu 2009 kita akan menghadapi hal-hal yang selalu kita temui pada Pemilu-Pemilu sebelum ini, setidaknya Pemilu pasca Reformasi. Hal-hal tersebut adalah propaganda partai-partai peserta Pemilu. Hari-hari ini kita mulai menemukan berbagai jenis media propaganda partai di tiap-tiap pelosok kota. media promosi dan media iklan itu misalnya, spanduk, bendera, billboard, poster, dan sebagainya. Propaganda tersebut bercampur baur dengan papan-papan iklan rokok yang dipasang di tiang-tiang listrik.

Ada tiga masalah yang muncul saat kita memasuki masa kampanye Pemilu atau
kampanye Pilkada. Pertama, media-media promosi propaganda tersebut menjadi sampah dalam arti sesungguhnya. Kain bendera yang kadang berjatuhan, penempelan posterpromosi Pilkada dan Pemilu yang sembarangan, pada akhirnya mengotori dinding dan taman diberbagai pelosok kota. Selain itu bahan plastik yang kini sering digunakan sebagai bahan untuk media kampanye spanduk, baliho, dan billboard, adalah bahan yang tidak dapat didaur-ulang. Kedua, media-media iklan pilkada yang dipasang di ruang-ruang publik itu berdesakan dan berteriak berebut perhatian publik, sedemikian rupa sehingga menjadi polusi estetik atau sampah visual. Media promosi pilkada propaganda partai-partai itu menjadi sampah visual karena media spanduk, bendera, dan sebagainya dipasang di tempat-tempat yang sangat menyolok, yang sebelum ditempati oleh media-media kampanye tersebut memberi kenyamanan visual pada publik. Kini, tiba-tiba kenyamanan visual itu terenggut oleh berbagai jenis kain bendera lusuh dengan teknik produksi murahan yang meluntur. Bahkan secara desain grafis, begitu banyak logo kampanye pilkada partai yang dibuat asal-asalan – mungkin sekedar mengejar deadline persyaratan administratif dari KPU. Lihat misalnya logo partai Gerindra, bergambar kepala burung Garuda yang tidak proporsional. Ketiga, yang paling krusial, media-media iklan propaganda itu tidak mampu menjadi sebuah rangkaian tanda yang bermakna.

Pada umumnya media
iklan pilkada propaganda partai selalu menggunakan propaganda gaya pasfoto, dimuati wajah laki atau perempuan yang akan diusung menjadi pemimpin pilkada – entah itu walikota, anggota legislatif, bahkan Presiden. Wajah-wajah itu tak jauh banyak bedanya: berpeci, berjas dan dasi untuk pria. Menggunakan kebaya apabila perempuan. Pada umumnya mereka tidak berbicara banyak, kecuali hal hal besar yang terlalu umum. Sementara itu iklan-iklan partai politik itu selalu menggunakan simbol-simbol kenegaraan yang umum seperti bendera merah-putih, burung Garuda, segi lima Pancasila, dan sebagainya. Iklan-iklan politik pilkada jenis demikian juga sulit untuk mengelaborasi program-program kerja mereka secara rinci, mengingat keterbatasan ruang dan waktu yang tersedia, selain sifatnya yang satu arah. Dalam hal ini, sekali lagi kita harus berbesar hati untuk mencontoh bagaimana Barrack Obama berhasil menjelaskan secara rinci tentang program kerjanya melalui media internet.



http://grafisosial.wordpress.com/



Temukan informasi lain mengenai
Media Iklan | Kampanye Pilkada | Iklan Pilkada | Pilkada | Media Promosi | Promosi Pilkada | Media Kampanye hanya di Media Iklan Pilkada&Media Promosi Pilkada : Media Kampanye Pilkada Semarang Jawa Tengah 88db.com

0 comments:

Followers